HSTMurakata – Dalam debat calon presiden antara Kamala Harris dari Partai Demokrat dan mantan Presiden Donald Trump dari Partai Republik, kebijakan pertahanan Amerika Serikat terhadap Iran menjadi topik utama. Kamala Harris, yang juga Wakil Presiden saat ini, menekankan bahwa ia tidak akan ragu mengambil langkah untuk mempertahankan kepentingan Amerika dari ancaman Iran, termasuk mendukung Israel dalam melawan serangan yang didukung oleh Iran dan proksinya.
Sementara itu, Trump menekankan keberhasilannya dalam menerapkan sanksi berat terhadap Iran selama masa kepresidenannya, dan menyatakan bahwa kebijakan “tekanan penuh” yang ia terapkan berhasil meredam ambisi Iran. Trump mengkritik pemerintahan Biden-Harris karena dianggap memperlonggar tekanan terhadap Iran, yang menurutnya hanya memperkaya negara itu dan proksi-proksinya.
Namun, satu kesamaan antara kedua kandidat adalah ketidakjelasan mereka mengenai tindakan yang akan diambil jika Iran berhasil mengembangkan bom nuklir, sebuah kemungkinan yang kian nyata menurut beberapa pejabat Iran. Meski keduanya menawarkan pendekatan berbeda terhadap Iran, baik Harris maupun Trump tampak menghindari memberikan solusi konkret terhadap ancaman nuklir ini.
Dengan ancaman Iran dan proksi-proksinya yang semakin meningkat, Amerika Serikat dihadapkan pada dilema kebijakan luar negeri yang sulit, di mana pilihan antara pertahanan dan sanksi menjadi fokus utama dalam perdebatan pemilu mendatang.