HSTMurakata – Perilaku pengendara sepeda motor di jalan raya sering kali menjadi pemicu kemacetan yang semakin parah. Hal ini kembali terlihat pada kemacetan parah di Puncak, Bogor, selama libur panjang akhir pekan kemarin. Kapolres Bogor, AKBP Rio Wahyu Anggoro, menjelaskan bahwa kemacetan tersebut terjadi akibat lonjakan jumlah kendaraan yang berwisata ke kawasan tersebut, membuat kapasitas jalan tidak mampu menampung kendaraan yang membludak.
Namun, bukan hanya volume kendaraan yang menjadi masalah. Pemotor yang tidak sabar dan kerap melanggar aturan, seperti melawan arah dan menyerobot jalur, juga berkontribusi pada kemacetan. “Motor pada melambung melawan arah sehingga lalu lintas terkunci,” ungkap Rio. Kondisi ini diperparah oleh banyaknya pengendara yang justru membuat arus lalu lintas berhenti total, terutama di titik-titik padat seperti perlintasan kereta api.
Menurut Sony Susmana, praktisi keselamatan berkendara dan Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), tindakan ‘ngeblong’ atau mengambil jalur berlawanan ini menciptakan efek bottleneck yang semakin memperburuk situasi kemacetan. Ia menegaskan bahwa pemotor harus lebih sadar akan hak pengendara lain di jalan dan menghormati jalur yang seharusnya.
“Motor memang kecil dan bisa nyempil, tapi bukan berarti semua ruang kosong boleh dimasuki. Berkendara dengan etika adalah kunci untuk menghindari kekacauan di jalan,” tutup Sony.
Kesadaran akan etika berlalu lintas sangat penting agar kemacetan dapat dihindari, terutama di daerah yang rawan seperti Puncak.