HSTMurakata – Popcorn adalah camilan sederhana yang terbuat dari biji jagung yang meletup ketika dipanaskan. Meski sudah ada sejak tahun 1800-an, popularitas popcorn sebagai camilan khas bioskop baru muncul pada awal abad ke-20. Selain rasanya yang enak, faktor-faktor seperti kemudahan dalam penyajian, harga murah, dan tidak memerlukan alat makan menjadikannya pilihan sempurna untuk dinikmati saat menonton film.
Popcorn: Murah, Mudah, dan Menguntungkan
Menurut Andrew F. Smith, penulis Popped Culture: A Social History of Popcorn in America, tiga faktor utama yang membuat popcorn identik dengan bioskop adalah harganya yang murah, kemudahannya dalam penyajian, dan waktu pembuatannya yang cepat. Popcorn tidak memerlukan banyak peralatan, dan biayanya sangat rendah, baik bagi penjual maupun pelanggan. Hal ini membuat popcorn menjadi makanan ringan yang populer terutama selama Great Depression di Amerika Serikat, ketika orang mencari hiburan murah yang tetap terasa mewah.
Pada awalnya, bioskop tidak menjual popcorn secara langsung, melainkan mengizinkan penjual popcorn berjualan di luar gedung dengan biaya sewa harian. Namun, seiring waktu, bioskop menyadari potensi keuntungan besar dari penjualan popcorn dan mulai menjualnya sendiri di lobi bioskop, yang pada akhirnya menjadikan popcorn camilan khas bioskop hingga sekarang.
Popcorn, Bioskop, dan Kelangsungan Ekonomi
Salah satu alasan mengapa popcorn menjadi begitu penting bagi industri bioskop adalah karena keuntungan besar yang didapat dari penjualannya. Bioskop hanya mendapatkan sebagian kecil dari penjualan tiket karena mereka harus membagi pendapatan dengan studio film. Oleh karena itu, penjualan popcorn dan camilan lainnya menjadi sumber pendapatan utama bioskop. Semakin populer sebuah film, semakin banyak orang yang datang, dan semakin besar pula penjualan makanan ringan di bioskop. Meski biaya produksi popcorn sangat rendah, harganya di bioskop cenderung tinggi karena inilah cara bioskop meningkatkan margin keuntungan mereka.
Popcorn Sempat Dilarang di Bioskop
Meskipun kini identik dengan bioskop, pada awalnya popcorn dilarang masuk ke dalam gedung bioskop. Pada 1920-an, bioskop didesain untuk kalangan elit dengan tampilan mewah dan karpet mahal. Pemilik bioskop khawatir serpihan makanan, termasuk popcorn, akan mengotori bioskop mereka. Namun, seiring berjalannya waktu, bioskop mulai menyadari bahwa menjual popcorn dan camilan lainnya bukan hanya menguntungkan, tetapi juga penting untuk kelangsungan bisnis mereka.
Akhirnya, popcorn menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman menonton film, dan hingga hari ini, sulit membayangkan bioskop tanpa aroma khas popcorn yang baru matang.